Selasa, 20 September 2016

Iseng Iseng Berfoto :D

Saat puasa bulan kemaren,buat mengisi waktu luang saat bulan puasa kami diajak sama guru TIK pa Asbihannor S.Kom hunting di Taman Kota di Jl.A.Yani Kuala Kapuas dan di Masjid Agung Al Mukarram. ya Ini beberapa jepretannya :D Maklum masih pemula Jepretan Kurang Maknyosss :D











                Kita Memandang Langit yang Samaaaaa.... wkwkwk ciee yang baca jadi nyanyi :D





Tentang Kamera Digital

Kamera digital adalah alat untuk membuat gambar dari objek untuk selanjutnya dibiaskan melalui lensa pada sensor CCD dan akhir-akhir ini pada sensor BSI-CMOS (Back Side Illuminated) sensor yang lebih irit daya untuk kamera yang lebih canggih yang hasilnya kemudian direkam dalam format digital ke dalam media simpan digital.
Kemudahan dari kamera digital adalah hasil gambar yang dengan cepat diketahui hasilnya secara instan dan kemudahan memindahkan hasil (transfer). Beberapa kamera digital, terutama DSLR dan high-end cameras dilengkapi fasilitas RAW yang dapat ditindaklanjuti di komputer mengunakan perangkat lunak tertentu untuk hasil terbaik, tetapi pada saat ini fasilitas Auto Mode telah menghasilkan gambar yang baik dalam format JPEG.

Komponen kamera digital

Sensor kamera

Chipincamera.jpg
Sensor kamera adalah sensor penangkap gambar yang dikenal juga sebagai CCD (Charged Coupled Device) dan CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) dan yang terbaru BSI-CMOS (Back Side Illumination CMOS) yang terdiri dari jutaan piksel (MP-mega pixel) lebih. Pada tahun 2013, hampir semua kamera telah menggunakan BSI-CMOS yang lebih irit daya , tetapi dapat menghasilkan gambar yang lebih baik.
Sensor ini berbentuk chip yang terletak tepat di belakang lensa. Semakin banyak pixel yang ditangkap, semakin memungkinkan pencetakan gambar besar dengan detail gambar yang cukup (dibatasi kapasitas kertas cetak foto yang biasanya 300dpi (dot per inch), sedangkan menggunakan printer dapat dihasilkan dpi yang lebih tinggi). Untuk menghasilkan foto seukuran postcard dengan 300dpi cukup menggunakan kamera 3MP. Kualitas foto sama sekali tidak ditentukan oleh besarnya MP, tetapi oleh kualitas sensor, prosesor kamera dan yang terakhir baru lensa, berbeda dengan kamera film di mana kualitas lensa lebih menentukan. Untuk mengetahui kualitas sensor kamera dapat dilihat pada https://en.wikipedia.org/wiki/DxO_Labs atau langsung pada sumbernya http://www.dxomark.com/Cameras/Ratings[1]

Layar LCD

Layar LCD (LCD display) adalah layar pada belakang kamera digital yang bermanfaat untuk melihat setting kamera dan seperti apa bidikan yang akan ditangkap oleh sensor kamera.
Layar LCD juga bisa membantu untuk melihat hasil foto secara instan setelah gambar diambil, sehingga fotografer dapat memutuskan untuk melakukan pengambilan gambar lagi atau tidak.
Beberapa kamera tidak memiliki Jendela Intip (Viewfinder) dan hanya mengandalkan Layar LCD untuk membidik yang disebut Live View. Bagaimanapun membidik dengan Viewfinder lebih stabil dari guncangan. Beberapa kamera lainnya memiliki keduanya, Jendela Intip dan Layar LCD di mana yang paling canggih adalah Layar OLED yang tetap tajam di bawah sinar matahari. Untuk menghemat energi/baterai pada kamera yang canggih terdapat eye sensor pada Jendela Intip yang akan menghidupkan Jendela Intip Elektronik dan mematikan Layar LCD, jika mata mendekat ke Jendela Intip, sebaliknya akan terjadi jika mata menjauh dari Jendela Intip.

Media penyimpanan

Tidak semua kamera memiliki memory internal, sehingga harus menggunakan media penyimpanan luar. Media ini dapat berupa compact flash, memory stick, dan sebagainya. Pada umumnya media penyimpanan memiliki kapasitas penyimpanan gambar dalam jumlah besar sesuai dengan kapasitas memori yang dimiliki. Sekarang ini yang banyak dipakai adalah secure digital card.

Jenis kamera digital :


Kamera saku digital


Kamera kompak mini digital dengan lensa yang dapat ditarik ke dalam badan kamera

Kamera kompak digital terurai
Kamera saku digital atau disebut juga kamera kompak digital dibuat untuk dapat dimasukkan ke dalam saku (dikantongi) dan cocok untuk pengambilan gambar kegiatan sehari-hari.
Kebanyakan kamera kompak digital memiliki lensa zoom yang dapat ditarik ke dalam badan kamera dan penutup otomatis akan menutupi lensa dan melindungi dari debu. Tetapi kamera kompak digital yang dibuat untuk kegiatan ekstrim di mana kamera tersebut tahan air dan debu lensanya tak dapat ditarik ke dalam atau memang sudah terlindung di dalam badan kamera. Dan kamera kompak digital dengan kemampuan superzoom, lensanya tidak dapat sepenuhnya ditarik ke dalam badan kamera.
Kamera kompak digital biasanya dibuat untuk kemudahan. Hampir semuanya memiliki kemampuan otomatis "auto mode", yang mana pengguna hanya tinggal tekan tombol saja. Walaupun demikian beberapa kamera kompak digital juga memiliki kemampuan manual. Umumnya kamera kompak digital memiliki sensor yang kecil, agar kamera memiliki ukuran yang kecil dan akibatnya hasil foto tidak akan terlalu baik dan biasanya hasil foto hanya disimpan dalam bentuk file JPEG yang menambah buruk hasil foto. Kebanyakan kamera kompak digital memiliki lampu kilat terpadu, tetapi berkemampuan rendah dan hanya cocok untuk pengambilan foto jarak dekat. Kamera kompak digital yang mahal memiliki hotshoe untuk lampu blitz. Hampir semuanya tidak memiliki jendela intip (eye view finder) dan untuk pengambilan gambarnya mengandalkan layar LCD. Dan hampir semuanya dapat merekam video.
Kamera kompak digital seringkali dapat memotret makro dan lensa zoomnya saat ini sudah mencapai 30x dan cocok untuk candid photography atau curi-curi foto, tetapi kemampuan zoom ini jelas masih di bawah kamera prosumer yang berkemampuan zoom lebih dari 60x, atau kamera DSLR yang harga lensa superzoomnya sangat-sangat mahal.[2] Sistem autofocus pada kamera kompak digital umumnya menggunakan sistem kontras, tetapi beberapa kamera kompak digital yang agak mahal menggunakan minimum 2 cara autofocus seperti yang dilakukan oleh kamera DSLR. Beberapa kamera kompak digital yang mahal dan cocok untuk perjalanan dengan superzoom 30x memiliki kemampuan manual penuh bahkan dengan pengaturan ring pada lensa, memiliki juga jendela intip elektronik (electronic viewfinder), Hybrid Optical Image Stabilization, built-in flash, Full HD 60p, RAW, burst shooting up to 10fps, built-in Wi-Fi dengan NFC dan GPS sekaligus.[3]
Hampir semua kamera kompak digital memiliki sensor yang kecil di mana tidak cocok untuk pencahayaan yang lemah, tetapi Sony Cyber-shot DSC-RX1 dengan sensor 1" memiliki kemampuan mendekati kamera DSLR, tetapi dengan harga yang sangat mahal, bahkan jika dibandingkan dengan kamera DSLR yang murah.
GPS, compass, barometer dan altimeter untuk di atas permukaan laut atau dalam air kadang-kadang melengkapi Kamera kompak digital untuk kegiatan ektrim.[4] and some are rugged and waterproof.
Beberapa kamera kompak digital juga dapat mengambil foto 3D dengan 2 lensa atau satu lensa saja. Bahkan beberapa kamera dengan 2 lensa dapat mengambil foto Panorama 3D. Hasil foto 3D tersebut dapat dilihat pada TV berkemampuan 3D atau bahkan terkadang dapat juga pada layar LCD kamera tersebut.
Pada tahun 2013, Sony meluncurkan 2 kamera kompak digital yang sangat kompak, karena boleh dikatakan tidak memiliki badan kamera untuk disandingkan dengan kamera pintar (smartphone) atau tablet dan difungsikan dengan WiFi. Tetapi pengeoperasiannya relatif tidak mudah, karena semuanya boleh dikatakan harus diatur melalui layar LCD dari smartphone atau tablet tersebut dan bukannya melalui tombol-tombol pada kamera (minim tombol).[5]

Kamera prosumer

Kamera prosumer terdiri dari dua jenis, yaitu Kamera prosumer berbentuk Kamera digital SLR (DSLR-like) yang juga disebut Bridge Camera dengan lensa tetap yang tak dapat dilepas, sedangkan MILC walaupun lensanya dapat dilepas, tetapi tidak memiliki Cermin Reflex dan tentunya juga tidak memiliki Optical Viewfinder dan sebagai gantinya dipakai Electronical Viewfinder atau layar LCD saja. Disebut Bridge Camera, karena pada awalnya sebagai jembatan antara Kamera saku digital dengan Kamera digital SLR, memiliki mode PSAM (Program, Speed, Aperture/Diafragma dan Manual), seperti halnya Kamera digital DSLR. Tetapi sekarang ini mode PASM kadang-kadang juga dimiliki oleh Kamera saku digital. Saat ini, Features dan Harga antar jenis kamera saling tumpang tindih, sehingga bisa saja Kamera saku digital harganya lebih mahal daripada Kamera digital SLR. Salah satu keunggulan yang dimiliki Bridge Camera adalah kemampuan zoomnya yang saat ini sudah melampaui 50x bahkan 60x dan untuk itu diperlukan sistem stabilisasi yang mumpuni, sehingga ada Bridge Camera yang dilengkapi dengan 5-axis Image Stabilization (Pitch, Yaw, Roll, Vertical Shift and Horizontal Shift),[6] sehingga lebih unggul daripada Sistem Stabilisasi yang dimiliki oleh Kamera digital SLR. Image Stabilization yang unggul juga berguna untuk pengambilan gambar video sambil berjalan dan tentunya juga dapat mengambil foto dengan Kecepatan yang lebih lambat. Salah satu kelemahan Bridge Camera adalah untuk indoor photography di mana pencahayaannya terbatas, karena dengan sensornya yang kecil, maka ISO di mana noisenya masih dapat diterima (belum banyak) hanya mencapai 200 atau 400. Built-in Flashnya tidak dapat diandalkan dan sebaiknya memakai External Flash, tetapi hanya beberapa Bridge Camera yang memiliki slot untuk External Flash (hotshoe).

Kamera digital SLR

Digital Single-Lens Reflex (DSLR) cameras adalah kamera lensa tunggal yang menggunakan cermin refleks yang dapat memantulkan cahaya ke jendela bidik (eye viewfinder) dan cermin refleksnya juga dapat bergerak dari posisi awalnya 45 derajat dari horizontal menjadi horizontal dan kembali lagi ke posisi awalnya dengan sangat cepat (reflex). Pada posisi awalnya sinar dari lensa ke sensor terhalang oleh cermin reflex dan sensor baru disinari ketika cermin reflex menjadi horizontal, dan pada saat itulah jendela bidik menjadi gelap.
Autofocus menggunakan sensor-sensor pada mirror box di mana mirror box adalah kotak bujur sangkar (imaginer) dengan diagonalnya adalah cermin refleks. Beberapa kamera digital SLR memiliki 'live view' atau tampilan pada layar LCD seperti selalu ada pada kamera kompak digital.
Kamera jenis ini menggunakan sensor yang cukup besar, biasanya 18 mm hingga 36 mm (digonal) dengan crop factor 2, 1,6, 1,3 atau 1. Sensor yang besar membuat setiap pixelnya juga menjadi besar, sehingga dapat diisi lebih banyak informasi dan digabungkan dengan lensa yang berdiameter besar, maka cocok untuk pengambialan gambar dengan cahaya yang kurang terang dan hasil fotonya hanya sedikit memiliki noise/bercak. Untuk tampilan yang sama dan bukaan diafragma yang sama, maka sensor yang besar akan memberikan ruang ketajaman yang lebih sempit dan bagus untuk menampilkan kekaburan di luar ruang tajam tersebut (bokeh/blur).
Semua kamera digital SLR menggunakan lensa lepas. Biasanya lensa untuk kamera jenis ini memang dibuat khusus untuknya, tetapi sekarang ini banyak lensa video lepas juga dapat digunakan di kamera digital SLR dan sebaliknya. Kamera digital SLR Pentax adalah kamera yang paling bisa menggunakan bermacam-macam lensa, apakah miliknya sendiri yang telah berusia berpuluh-puluh tahun dan bahkan lensa untuk kamera non-digital, atau juga bisa menerima lensa milik Nikon, Canon dan yang lainnya, tentunya mengunakan adaptor yang sesuai

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kamera_digital

Apa itu Fotografi?

Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).
Di era fotografi digital di mana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.
Fotografi saat ini telah berkembang menjadi sebuah gaya hidup, hal ini dimulai semenjak munculnya era digital dan berkembangnya sosial media.


Foto Heliografi dengan subyek pemandangan yang pertama dibuat oleh Joseph Nicéphore Niépce pada tahun 1826.[1]

Boulevard du Temple, foto Daguerreotype pertama yang dibuat oleh Daguerre pada sekitar tahun 1838-1839

Citra berwarna yang pertama, Maxwell, 1861

Foto berwarna yang pertama dibuat oleh Louis Ducos du Hauron pada tahun 1877.

High speed photography, Muybridge, 1878

Citra hasil pemindaian komputer digital, 1957
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Fotografi

Minggu, 18 September 2016

Apa sih Human Interest (HI) Dalam dunia Fotografi?

Disini Saya akan menjelaskan Apa sih Human Interest (HI) Dalam dunia Fotografi?

Fotografi human interest (HI) adalah potret dari kehidupan seseorang yang menggambarkan suasana/mood dan menimbulkan simpati dari orang yang melihatnya.
Awalnya, human interest photography lebih termasuk kedalam bagian dari fotojurnalisme, yaitu menggambarkan kehidupan dan interaksi manusia dengan lingkungannya, dan lalu bertujuan supaya mengetuk hati orang-orang untuk bersimpati dan melakukan sesuatu untuk membantu subjek foto.
Di dalam fotojurnalisme, human interest termasuk dalam bagian feature. Bagian ini biasanya sisipan dan bukan untuk berita utama. Kategori human interest lebih banyak tentang kehidupan individu atau masyarakat biasa yang jarang diulas.
Human Interest cukup luas cakupannya tapi sering dicampur-adukkan adukkan dengan kategori lain seperti Portrait photography, culture photography (budaya), street photography, travel photography, conceptual photography, dll.
Kebanyakan foto human interest adalah menggambarkan kehidupan masyarakat dengan ekonomi lemah atau di daerah pedalaman, tapi sebenarnya human interest tidak membatasi pada subjek masyarakat kelas bawah saja, tapi juga termasuk potret keberhasilan dari masyarakat kelas atas.
Foto human interest bisa terdiri dari satu foto atau rangkaian foto yang bercerita (photo story/essay).

Tips dalam memotret Human Interest

  • Untuk membuat foto human interest yang bagus, dibutuhkan karakter yang kuat/menarik, ekspresi yang hidup dan cerita yang menyentuh.
  • Human interest biasanya dibuat dengan candid, yaitu orang yang dipotret tidak merasa difoto, tidak diarahkan oleh fotografer/penata gaya sehingga berkesan alami dan orisinil. Jika diarahkan dan setting lampu, special effect, atau olah digital/manipulasi secara berlebihan, jadinya hasil foto lebih cocok masuk dalam kategori portrait atau conceptual photography.
  • Momen dalam memotret sangat penting, menguasai pengaturan kamera merupakan keharusan.
  • Masih kaitannya dengan menangkap momen, gunakan foto berturut-turut untuk menangkap momen yang setiap detiknya berubah dengan cepat.
  • Lensa telefoto yang memiliki jarak fokus antara 50-300mm akan membantu untuk memotret secara candid, meskipun lensa menengah dan lebar juga bisa untuk human interest jika Anda memiliki hubungan yang baik dengan subjek foto.
  • Memotret dengan kamera compact bisa juga efektif terutama memotret dari jarak dekat. Subjek tidak akan merasa terintimidasi dan bereaksi seperti saat kita mengunakan kamera DSLR dan lensa yang besar.
  • Komposisi yang baik adalah yang menonjolkan ekspresi atau bahasa tubuh subjek foto dari lingkungan hidupnya.


Sumber: http://www.infofotografi.com/blog/2013/12/apa-itu-foto-human-interest/